Kamis, 17 Oktober 2019

Nol Derajat Celcius

Hasil gambar untuk gambar celcius

Cerpen Karangan: 
Kategori: Cerpen CintaCerpen MisteriCerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 10 October 2019
Seorang gadis bernama leans cardova yang bersekolah tidak jauh dari tempat tinggalnya, ia anak yang sangat tomboy dan susah diatur namun dari sisi negatifnya itu ia juga memiliki sisi positif ia anak yang patuh terhadap orangtuanya dan juga sangat cekatan. Ini cerita pengalaman leans si gadis tomboy.
Terdengar suara dari bapak kepala sekolah “DIBERITAHUKAN UNTUK PERSERTA MAGANG HARAP KUMPUL DI LAPANGAN UNTUK SEGERA DIBERANGKATKAN”, siswa siswi kelas sebeles segera berkumpul, “lens sudah disiapin semua?” tanya teman sebaya leans “ya sudah tenang ajah!” seru lens menenangkan “SELURUH SISWA SISWI SILAHKAN MASUK KE BUSNYA PERJURUSAN” suara kepala sekolah terdengar lagi, lens dan teman sejurusannya masuk kedalam bus, dan bus siap untuk diberangkatkan.
Tiga jam pun berlalu, tak terasa bus sudah sampai di tempat magang, lens dan kedua temannya turun dari bus untuk diperkenalkan kepada pembimbingnya masing masing, teman yang lainnya masih menunggu di bus. Lens, rey dan tovan berkeliling melihat lihat, ketika lens berjalan bersama temannya lens terperangah melihat gedung bertingkat tetapi sudah tidak difungsikan lagi “buat apa dibangun kalau gak dipakai gedungnya kan sayang” keluh lens, tiba tiba terdengar suara dari depan kantor “sini lens, rey, tovan besok aja jalan jalannya ayo kita ke kos kalian” “bikin kaget aja tuh kepala sekolah!” gerutu lens sambil menuju ke arah kepala sekolah itu, lens dan teman temannya berjalan menuju bus.
Sesampai di kos kepala sekolah menjelaskan lagi “ini pak heru bapak kos kamu kalau butuh apa apa bilang pak heru, pak heru juga karyawan di kantor tadi” pak kepala sekolah melanjutkan kalimatnya “ya sudah kalau gitu pak heru titip anak siswi saya, saya tinggal dulu mau ngantar anak anak yang lain!” “iya pak hati hati!” jawab pak heru singkat, lens pun melambaikan tangan pada teman temannya dan bus itu segera berangkat. “ayo masuk!” seru pak heru, “mau pilih kamar yang mana tengah atau pinggir?” tanya pak heru pada lens “pinggir aja pak!” “ya sudah nak lens tata tata dulu barangnya kalau mau mandi itu ada kamar mandi di lantai bawah juga ada, kalau gitu bapak ke bawah dulu ya!” “iya pak trimakasih!” jawab lens dengan santai.
Seminggu sudah lens magang di tempat ini, lens berjalan dari kos hingga kantor, sesampainya lens duduk menunggu teman temannya datang, “lenz..?” teriak tovan dari kejauhan “ehh kemana aja sih lama banget datengnya?” jawab lenz dengan nada sewot “baru ditinggal sehari aja udah kangen sama kita kita hahah” rey berkomentar “iddiiiih ke-Pdan banget” jawab lenz dengan ketus “sudah sudah ayo kita tanya ke pembimbingnya tugas apa yang harus kita kerjakan?” kata tovan sambil berjalan menuju pembimbing, “permisi pak kita mau tanya tugas apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya tovan dengan sopan “kalian tunggu pak sam untuk membantunya memasukan benih ke dalam ruangan pengawetan benih” jelas bapak pembimbingnya “oke baiklah pak terimakasih” jawab tovan lagi, kemudian kami semua menunggu pak sam di depan greenhause, “ehh ada anak magang baru tuh!” seru rey “hey kalian anak magang baru ya di sini?” tanya tovan sok kenal “iya nih kalian dari sekolah mana?” tanya dari salah satu anak tersebut “dari SMK antrik surabaya, kalau kalian dari mana?”
“aku dari SMK jayahanda malang”
“berarti kalian gak ngekos dong?” tanya ku penasaran “ya tetep ngekos kan malang luas kayak surabaya” jawab Roy anak tercakep dari yang lainnya, “ehh kalian nunggu pak sam ya?” tanya roy lagi “ehh iya kok tau?” jawab tovan seenaknya “karna kita semua disuruh nunggu pak sam juga, oh ya perkenalkan aku roy ini temanku vian dan satunya lagi di sebelahnya vian itu velix” “perkenalkan juga ini rey teman ku dari kecil dan yang tengah ini lenz” semuanya bersalaman untuk saling mengenal “oh iya nanti malem yuk kumpul di alun alun kan deket tuh kita sering nongkrong di alun alun kalau gak lagi buat laporan magang” ajak roy “boleh juga tuhh” jawab tovan antusias, “oke entar malem ya guys” seru rey meyakinkan.
Sesampai di ruang pengawetan bibit “uhhh dingin banget” seru lens, seseorang paruh baya yang sangat tegas menjelaskan fungsi fungsi dari alat alat yang ku belum tau namanya “Ini tempat untuk memasukan benih yang sama atau sejenis agar waktu mengambilnya mudah dan ruangan ini dinginnya mencapai 10 derajat celcius ruangan ini dingin dan yang paling dingin di sini kita tidak boleh berlama lama di sini karena bahaya jika jantung kita membeku karna ruanagan ini berbeda di sini 0 derajat celcius seperti di kutub utara” jelas pak sam, ku berjalan tak sengaja ku menginjak sebuah cincin berwarna perak dan berhiaskan bunga, aku pun langsung mencoba memakainya, ketika kupakai sesuatu terjadi aku seperti merasa pusing dan akhirnya.
“aku di mana?” tanyaku kebingungan “kau tadi pingsan dan sekarang kita di ruang kesehatan” jelas roy “yang lain kemana?” “yang lain dikasih tugas sama pak sam aku disuruh nungguin kamu sampe sadar, ohh ya kenapa kamu bisa pingsan emang udah sering ya kamu kayak gini?” tanya roy penasaran “entah setiap aku megang barang yang aneh aku selalu begini dan selalu ada orang meminta pertolonganku, tadi aku seperti mimpi aku melihat seorang gadis terperangkap di dalam ruang pengawetan benih, gadis itu meminta pertolonganku aku melihat gadis itu memakai cincin ini” terangku meyakinkan roy “ahh itu mungkin hanya imajinasimu aja lenz kamu kelelahan jadi mikir aneh aneh udah tenag ya kan sekarang ada aku yang jagain kamu” sambil mengacak acak rambutku, aku pun tertunduk karena tersipu.
Malam pun tiba teman temanku menyusulku di tempat kos “pak lens pamit ya mau keluar sama temen temen ke alun alun” “iya nak lens jagan malam malam ya” “oke pak” kemudian kami semua berangkat.
“ehh lens diem aja?” roy mengejutkanku, aku hanya melihatnya tanpa ada respon “kamu mikir hal yang tadi ya lens udah jagan difikir” roy menenangkanku “oww lans pinsan lagi karena memegang suatu benda udah sering terjadi” tovan berpendapat “loh kamu tau van?” tanya roy “aku dan rey sudah tau karena kita sudah bersahabat setahun waktu cukup lama untuk mengenal lens”
“aku tadi bermimpi bertemu gadis itu lagi dia meminta tolong kepadaku tapi aku tak tau gadis itu minta tolong apa tapi ada dua cincin seperti ini dan aku hanya mempunyai satu”
“bagaimana kalau kita cari cincin satunya kita ke tempat magang sekarang” usul tovan dengan antusias “tapi kan tempat magang jam segini sudah ditutup” velix berpendapat “kita panjat aja pagernya lagian kalau ketahuan pak satpamnya aku kenal kok kita izin mau ngambil seseatu yang tertinggal di ruang pengawetan benih” usul roy “ide bagus tuhh” rey berpendapat, akhirnya kita semua berangkat ke tempat magang malam hari.
Sesampainya “lohh kok banyak lorongnya ya?, perasaan tadi siang kita ke sini gak ada lorong sepanjang ini” vian berpendapat, tiba tiba lampu lorong mati bergiliran kami pun semua lari ketakutan dan akhirnya berpencar, cuma aku dan roy yang tidak berpisah yang lain entah kemana, roy memelukku di bawah meja dan menggenggam tanganku erat, “ini ruangan pengawetan benih ayo ke sini” ajakku, aku berusaha mencari cincin itu sesekali roy memelukku untuk menghangatkan tubuhku yang kedinginan.
“yes dapat” tiba tiba pintu ruang pengawetan benih terkunci aku dan roy mencoba membukaya tapi hasilnya sia sia, di sudut ruanagan ada sosok cahaya, kutajamkan mataku untuk melihat apakah cahaya tersebut dan dari mana, ternyata cahaya itu adalah gadis yang selalu ada di mimpiku, gadis itu memanggil namaku dan tersenyum gadis itu semakin mendekat dan mendekat dan kemudian aku seperti masuk ke dalam tahun yang sudah lampau, aku melihat gadis itu sedang magang dengan temannya lalu temannya menyuruhnya untuk ke ruangan pengawetan benih untuk meletakan benih yang tersisa kemudian gadis itu dikunci di dalam ruang benih, gadis itu berteriak minta tolong tapi tak ada satupun orang yang melewati ruangan pengawetan benih karena waktu sudah menjelang malam gadis itu meringkuk di balik pintu sambil berharap ada seseorang yang mau membukakan pintu untuknya, gadis itu memegang dua cincin yang berinisial A&J [ANGEL & JEREMY] malam itu malam anniversary angel dan jeremy setap anniversary angel dan jeremy bertukar kado tapi angel terkurung dan jeremy menunggunya di depan kantor magang dan akhirnya jeremy pergi karena jeremy mengira angel lupa akan moment spesialnya.
Gadis itu melepaskan pegangannya dan aku kembali ke duniaku dunia yang sebenanya, tapi masih terdapat gadis itu tepat di depanku gadis itu berkata “kau sudah tau semua lens tolonglah aku untuk memberikan kedua cincin itu kepada jeremy dan tolong bilang kepadanya bahwa meskipun dunia kita sudah berbeda aku tetap akan mencintainya” aku pun mengangguk anggukkan kepalaku, tiba tiba pintu terbuka aku dan roy langsung berlari keluar dan kutemui teman temanku yang sedang menunggu di luar sana.
Keesokan harinya aku dan roy tidak masuk magang izin satu hari untuk mencari jeremy, “ohh ya aku tadi malam mimpiin angel lagi katanya jeremy setiap hari melewati tempat magang kita tunggu di bawah pohon itu ya?” kataku sambil menunjuk ke arah pohon yang rindang di pinggir jalan, tak lama kemudian ada seseorang pemuda memakai baju putih sedang melihat ke arah kantor “itu bukannya jeremy lens?” tanya roy “mungkin sih ayo coba kita tanya, kami pun berjalan ke arah pemuda itu “hey apakah kamu yang bernama jeremy?” tanya roy memastikan “iya benar saya jeremy anda ini siapa kok bisa mengenali saya?” aku pun langsung menjawab pertanyaan jeremy dan menjelaskan semua tentang angel “kamu pasti jeremy pacar angel kan aku tau itu dari angel, angel menitipkan cincin ini untukmu dan satu untuk angel tapi angel sudah tidak ada di dunia ini lagi angel memberi salam kepadamu katanya angel akan tetap mencintaimu meskipun berada di dunia yang berbeda”
“anggel meninggal maksud kamu?” tanya jeremy memastikan
“iya angel meninggal karna tiga tahun lalu waktu angel magang di sini angel terkunci di dalam ruang pengawetan benih yang sangat dingin angel meninggal karena ulah teman magangnya, temannya mengunci angel di dalam ruangan itu hingga angel meninggal” jelasku, jeremy pun tertunduk dan menangis sambil melihat cincin tersebut, akhirnya aku dan roy pergi meninggalkan jeremy untuk kembali ke kos.
Setelah sampai kos aku dikejutkan oleh penampakan angel lagi “terimakasih lens kamu adalah anak yang baik” kemudian angel menghilang ditelan angin, aku hanya tersenyum mendengar perkataan angel, “huuftz akhirnya selesai juga”
“lens aku boleh ngomong sesuatu gak?” tanya roy dengan expresi gugup “iya tanya aja roy?” jawabku santai “aku tau ini sangat cepat untuk mengatakan ini tapi semenjak aku kenal kamu aku sudah menyukaimu lens apakah aku boleh menjadi kekasihmu?”
“suka gak berarti cinta roy, pertemanan gak akan pernah putus tapi kalau cinta mungkin hanya senang di awal dan akhirnya pasti akan menderita kita cukup menjadi teman baik karna aku juga menyanyangimu jadi aku tidak mau putus hubungan denganmu” jawabku dengan wajah meyakinkan “baiklah lens kalau itu memang keputusanmu, terimakasih kamu sudah hadir dalam hidupku” kata roy sambil memelukku erat “kau adalah teman yang paling aku sayang” tambahnya.
THE END

A Deal With The Devil

Hasil gambar untuk GAMBAR DEVIL

Cerpen Karangan: 
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 15 October 2019
Sakitku tak akan pernah sembuh.
Aku tak pernah mengira sekilas pun, selama separuh usia, tiap hirup napas ku lepas aku ingin kembali. Kembali ke masa di mana semuanya berawal. Masa dimana aku masih mengingat cara tersenyum. Masa sebelum kamu menggantikanku.
Aku tak pantas mengatakan ini, tapi aku minta maaf—sudah terlanjur. Aku akan membunuhmu.
Kau dengar. Aku yakin kamu pasti dengar. Karena kamu di dalam sana. Di dalam tempat yang tak bisa kuraih. Tapi dengan mudahnya kau selalu meraupku. Seperti pasir pantai yang bebas siapapun genggam dan bawa pulang. Kali ini aku tak akan tinggal diam.
“Jadi bagaimana?”
“Ah… bagaimana ya?” lelaki itu memiringkan kepalanya. Senyumnya mengembang seraya memandangku dengan tatapan meledek.
“Tolong jangan bercanda. Aku tidak punya waktu. Aku sudah bilang, aku akan membayarmu. BERAPAPUN KAU MAU.” kataku dengan nada datar tapi menekan di akhir kalimat. Manusia mana yang dikasih uang, nggak mau?
“Well well tuan muda. Aku tak meragukannya. Dari atas sini saja aku dapat mencium bau uang dari napasmu. Tapi…,” pria itu mulai menuruni anak tangga, gerakannya begitu luwes—mendekat ke arahku yang berada tepat di lantai dasar. Mataku terus mengikuti gerak-geriknya. “Kenapa aku harus membantumu?” tanyanya lagi. Nada selidik begitu kental pada suaranya. Ia sudah memajukan badannya di depanku setelah jarak kami tak lebih dari sejengkal. Dia menatapku dalam, seolah menelusuri ruang terdalam dalam diriku.
Aku membalas tatapannya, menolak untuk terintimidasi. Ada sesuatu di ujung bibirnya, sesuatu panjang seperti tangkai rumput kering. Dasar gembel! Kenapa dia begitu sombong? Tak ada satu pun darinya yang bahkan pantas untuk dipandang.
“Pernah dengar uang bukan segalanya?” lanjutnya, masih dengan nada songongnya.
Kalau saja aku tidak begini. Aku tak sudi berurusan dengan pria gembel macam dirinya.
“Lalu apa maumu?”
“Separuh dari semua yang kau punya.”
“Apa kau gila?!”
Kemana perginya uang bukan segalanya!
“Apa aku tampak gila?”
Sangat. Aku mengeratkan tinju. Dapat kurasakan sesuatu panas mengalir ke sendi-sendiku. Berani sekali dia main-main denganku!
Aku melepaskan napas dengan kasar. Lalu mengirupnya perlahan dan panjang.
“Kalau aku tidak setuju?”
“Then the deal is off,” sahutnya sambil mulai menjauh. Jangan pergi!
“Oke!” kataku cepat dengan nada agak meninggi.
Aku akan mengakhirinya. Meski semua hartaku ludes, aku tidak peduli.
Dia memutar badan. Lalu bibirnya membentuk senyum miring itu lagi. Dia mengangkat telunjuk dan menggerakkannya tanda menyuruhku mengikutinya. Dengan gerakan cepat —bahkan aku tak sempat melihatnya— dia sudah menyergap tanganku, lalu seperdetik menancapkan kuku tajamnya di kulitku.
“Ouc—what the hell!” Dia hanya tergelak. Aku meringis. Satu tanganku menangkup kulit di mana tetes darah segar mulai mengalir darinya. Aku mendongak, melotot tajam pada sosoknya. Dia melengos, melanjutkan langkahnya dengan santai seolah tadi tak terjadi apa-apa. Dengan emosi yang berkecamuk aku tetap mengikutinya.
“Oh ya, satu lagi,” katanya—menghentikan langkah, mendongak kepadaku, karena tubuhku lebih tinggi beberapa senti darinya.
“Aku bukan manusia. Dan obviously, kamu baru saja sebuah menandatangani perjanjian denganku.”

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

Kamis, 26 September 2019

Sebelum Awal Kesuksesan

Hasil gambar untuk gambar sukses
Cerpen Karangan: 
Kategori: Cerpen PendidikanCerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 2 July 2019
Saat itu masa masuk sekolah, semua sibuk menanti pengumuman. Sedangkan adi si idiot itu duduk di depan sebuah ruang kosong yang lama tidak digunakan, dia duduk dan membaca sebuah buku yang tebal.
Dia memang sangat terkenal dengan sifatnya yang pendiam dan cenderung menyendiri, dia selalu membawa satu buah buku di tangannya. Saat ujian penentuan kelulusan kemarin dia mendapat nilai tertinggi di kelas, waktu itu ada seorang anak yang datang terlambat mengikuti ujian, andre begitulah semua memanggilnya, dia memang suka berangkat terlambat.
“Tok… tok… tok…!. Assalamualaikum… boleh saya masuk pak?” suara pintu kelas terketuk di lanjutkan dengan suara di balik pintu itu.
“Walaikumsalam… siapa ya?”. Tanya guru pengawas yang tengah duduk di mejanya.
“Saya pak, Andre!”. jawabnya dengan lantang.
“Ya, silahkan masuk”. Jawab pak guru, dan mempersilahkannya masuk.

Dari sudut tempat aku duduk terlihat andre yang tegang dan buru buru karena waktunya akan habis, banyak keringat yang menetes di mejanya, sedang si idiot itu terlihat tenang dan santai.Dengan cepat andre masuk dan segera mengambil selembar kertas ujian, dengan cepat ia duduk dan mengerjakan, karena waktu hampir habis.
“lima menit lagi anak anak!”. Suara itu memberikan tanda bahwa waktu hampir habis.
Dan benar setelah lima menit bel berbunyi.
“Kring… kring… kring…”. Bel petanda selesainya ujian kini benar benar berbunyi, semua peserta ujian menyerukan suaranya.
“Hore…, akhirnya ujian selesai”. Sementara anak itu masih mengerjakan ujian dengan terburu buru.
“Waktunya selesai anak anak. Semua kumpulkan kertas ujiannya di depan!”. Perintah pak guru.
“Baik pak…”. Sahut semua peserta ujian. Kecuali si idiot itu ia tidak berkata apa apa dari tadi. Semua segera mengumpulkan kertas ujiannya di meja guru pengawas.
Setelah ujian waktu itu, semua siswa sibuk mennggu hasil ujian yang akan diumumkan besok.
“Mungkinkah aku lulus?”. Tanyaku di dalam hati. Akhirnya waktu yang ditunggu datang juga, hari itu tiba semua siswa datang ke sekolah dan tertuju pada sebuah ruangan tempat pengumuman kelulusan. Tiba di sana semua rasa tercampur jadi satu.
“Duk… duk… duk…”. Suara langkah kaki terdengar mendekati ruangan ini, semakin lama semakin keras.
“Ya alloh…, semoga lulus”. Suara harapan itu terus terdengar, semua menunggu hasilnya sementara si idiot itu tampak duduk menyendiri, dan tidak menghiraukan semua yang ada di ruangan itu.
Langkah kaki itu terhenti, tampak salah guruku di depan.
“Selamat pagi anak anak!”. Sapanya kepada semua siswa.
“Selamat pagi pak!”. Sahut semua siswa dengan lantang.
Tanpa banyak bicara lagi pak guru langsung membuka secarik kertas hasil ujian kemarin. Akhirnya, semua perjuangan selama ini akan ditentukan hari ini.
“Semua peserta ujian dinyatakan lulus semua”. Ujar pak guru, setelah membaca hasil ujian.
“Alhamdulillah…”. Semua menyerukan kata yang sama diruangan itu.
“Baiklah anak anak. Untuk juara III diraih oleh… stevan!. Juara I dan juara ke II diraih oleh adi dan andre!. Untuk peraih juara I, II dan III selamat untuk kalian”.
Semua siswa terdiam dan tampak heran, bagaimana tidak pasalnya stevan anaknya cupu, andre dia suka terlambat berangkat sekolah, dan adi si idiot itu dia tidak pernah bersosialisasi dengan teman temannya. Sedangkan aku berada pada peringkat ke IV dibawah anak cupu itu.
Setelah pengumuman semua kembali pulang ke rumah masing masing, aku yang masih merasa aneh dengan hasil ujian yang disampaikan pak guru terus memikirkannya sampai di rumah. Mungkin itulah hasil kerja keras mereka selama ini, yang semua orang tidak tahu. Dan dari pengalaman yang aku alami aku bisa belajar untuk lebih menghargai orang dan tidak menggapnya sebelah mata.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

Cerpen Pendidikan – Matematika Kronis

Hasil gambar untuk gambar matematika
Senyap ini merongrong ditiap sudut kelasku. Diam seribu kata penuh makna. Hiruk pikuk yang ramai dengan celotehan masa putih abu-abu, seakan senyap dalam jangka waktu enam puluh menit. Otak teman-temanku tertekan dengan keras, berfikir sekua-kuatnya dan berjuang semampunya dalam jangka waktu enam puluh menit. Itulah yang sedang dirasakan teman-teman seperjuanganku. Menghadapi ulangan matematika yang mengerikan. Aku binggung tak alang kepalang, teman-temanku hanya berfikir dangkal. Matematika adalah pelajaran yang yang tidak begitu di segani di kelasku. Tapi tidak denganku, aku lebih suka pelajaran matematika dari pada pelajaran seni tari, seperti contoh kawan sekelasku. Namanya Yana, dia teman sebangku ku. Dia paling anti dengan yang namanya matematika, setiap ulangan matematika tak pernah dia tidak mengeluh. “ Aku tidak bisa matematika Whin….aku benci matematika.” Ucapnya dengan wajah memelas. Mungkin saja dia tidak suka dengan ilmu pasti, tapi kenapa dia masuk jurusan IPA yang notabennya setiap hari tidak akan luput dengan hitungan. Setiap hari pati ada tiga mata pelajaran menghitung dari matematika, fisika dan kimia. Teman-teman sekelasku pusing saat itu juga dibuat soal hitungan pasti, yang harus segera di selesaikan dan tidak ingin mendapatkan nilai dibawah 75. Oh teman-teman, cobalah kalian sedikit bersimpatik dengan matematika, ilmu itu tidak terlalu susah kok. Hanya ada satu kunci menyelesaikannya kawan. Pertama sukailah guru matematika terlebih dahulu. Kedua , musnahkan prinsip-prinsip hidupmu dengan mengandalkan kebetulan. Ketiga bukalah buku matematika mu tiap harinya walau hanya sepuluh sampai dua pulih menit saja. Setidaknya pahami maksudnya. Keempat yaitu jangan takut untuk mencoba.
Tragis memang melihat pusing melanda kepala teman-temanku.
“Waktu selesai harap di kumpulkan di depan !” ucap pak Agus guru matematika paling disiplin. Teman-temanku tersentak seketika tak beraturan.
“ Belum selesai pak… lima menit lagi ya pak “teriak kawan-kawanku histeris.
“ Selesai tidak selesai segera di kumpulkan”
Seketika kertas ulangan yang sudah bertuliskan lambang-lambang tulis eksak sudah berada ditangan guru matematika.
Kawan-kawanku berhamburan saat itu juga.
“Jawabanmu nomer dua berapa ?” tanya Zuba kepada Yani anak rangking satu di kelasku.
“Jawabanku g(x) = 4x+20x²+25x³.”
“Apa??? Jawabanku salah donk kalau gitu” balas Zuba tidak sadarkan diri. Tubuhnya terhempas dilantai begitu saja tak beraturan, teman-teman sekelasku semuanya syok mendadak. “ Gimana ini ?? Zuba pingsan seketika “ ucap Yani.
” Kenapa kok bisa pingsan?? Bagaimana cara mengangkatnya ke UKS ??” ujar Seto.
Teman-teman sekelasku binggung sekali kalau Zuba yang pingsan, kami binggung kalau Zuba yang pingsan repot sekali membawanya, karena tubuhnya yang besar jadi harus ekstra tenaga menganggjkatnya.
Terik matahari panasnya tak terhingga menyerap tulang-tulangku tak kenal apapun. Kulit hitamnku semakin lama semakin panas, menusuk di sumsum tulang rusuk ku. Siang ini waktu telah menunjukkan waktu 14.00 WIB, saatnya membuang rasa stress mendalam akibat ulah matematika kronis. Mandi selama tiga jam menjadi salah satu pilihan terakhir bagi penderita matematika kronis. Seperti tragedi siang tadi Zuba yang tengah pingsan oleh matematika. setelah di wawancarai mengapa dia tiba-tiba pingsan dia menjawab dengan wajah memelas.
“ Kepalaku pening seketika saat mendengar jawaban matematika Yani. Itu melenceng jauh dengan jawabanku” cetusnya.
“ Aku harus gimana whin”” gimana nati kalau aku remidi??. Otakku sudah buntu, mampet dan tidak bisa di bersihkan lagi.” Sambung Zuba.
Sebegitu kroniskah matematika hingga membuat kawan-kawanku tak berdaya mengahadapinya. Bermandikan air bening satu bak mandi penuh selama tiga jam memang pilihan tepat meluruhkan lambang-lambang eksak yang tak mempunyai sentuhan seni. Akupun tak mau kalah, kumanjakan seluruh tubuhku dengan sentuhan klasik air bening yang transparan. Tiga jam penuh kamar mandi ku pakai tanpa gangguan dari siapapun. Tidak pula ibuku, ayahku, dan kakak adikku. Otakku seakan di ganti dengan otak yang baru. Segar tak terperikan, oh nikmatnya hidup ini jika tak ada yang mengaggu.
“Tilulitt tilulitt” ponselku berdering seketika, itu tandanya ada sms yang masuk. Ku selesaikan upacara mandiku dalam rangka membuang gejala virus-virus matematika kronis, untuk segera membuka sms yang tengah menghiasi layar ponselku.
Upacara mandiku 3 jam penuh sukses tanpa gangguan whin
Sender : Yana
Ah dasar Yana upacara mandiku juga berjalan dengan sangat sukses dan lancar tanpa gangguan dari siapapun.
Upacara mandiku juga berjalan dengan lancar tanpa halangan
To : Yana.
Tragedi matematika tidak berakhir sampai di sini, ada ulangan pasti juga ada hasil ulangan. Pagi ini ada pelajaran matematika, kabarnya hari ini pak Agus akan membagikan hasil ulangan kemarin. Kawan-kawanku sudah menyiapkan mental sekuat-kuatnya.
“ Oh mimpi apa aku tadi malam, pagi-pagi begini sudah ada matematika. oh Tuhan selamatkan aku dari virus-virus matematika kronis ini.” Ucap Uus
“Iya siapkan mental sekuat-kuatnya sajalah.”
Hentakan kaki terdengar semakin kerras dan mendekat ke ruang kelasku.
“ Selamat pagi anak-anak” ucap pak Agus guru matermatika.
“Pagi pak……” balas kalwan-kawanku sekelas.
“ Hari ini saya ingin membagikan hasil ulangan kemarin, saya sangat kecewa dengan hasil ulangan di kelas ini. Hanya ada lima anak saja yang tuntas dan lolos dari KKM “ desis pak Agus dengan ekspresi kecewa. Saat itu juga syok melanda di otak kami masing-masing.
“Akan saya bacakan yang lolos KKM, hanya ada lima anak saja yaitu Yani, Seto, Rangga, Tino dan Whina saja.dan yang lain tidak lulus KKM.”
Braakkkkkk aku kaget melihat kejadian di pagi ini. Teman-temanku sekelas pingsan semua kecuali lima anak yang di sebutkan tadi. Oh syok telah melanda jiwa-jiwa kawanku. Virus matematika kronis telah menyerang seisi kelas XI IPA 2. Sampai saat ini belum ada yang bisa menyembuhkan penyakit matematika kronis. Oh Tuhan kelasku kacau akibat matematika kronis.

Kamis, 19 September 2019

Serangan Alien

Hasil gambar untuk alien
Cerpen Karangan: 
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi)Cerpen Lucu (Humor)Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 30 August 2019
Di pagi yang tidak begitu cerah itu Ari bersiap-siap berangkat ke sekolahnya. “Bu, aku berangkat dulu ya”. Ari pamit kepada Ibunya. “Ya, hati-hati di jalan ya nak”.
Ari menaiki sepeda yang dimilikinya sejak smp kelas satu itu untuk berangkat ke sma, tetapi seperti biasa Ari pergi ke rumah Wawan teman sekelasnya untuk berangkat bersama karena Wawan juga naik sepeda.
“WAWAN!!!”. Ari memanggil Wawan.
“Iya sebentar, baru pake sepatu”. Sahut Wawan dari dalam rumah.
“Buruan, nanti telat!”. Kata Ari.
Mereka berangkat ke sekolah melalui jalan yang sama setiap harinya, tetapi tidak membosankan juga karena mereka melewati jalan yang kanan kirinya sawah, jadi udara pagi terasa agak sejuk walaupun banyak sepeda motor yang melewati jalan itu. Tetapi Ari merasa ada sesuatu yang aneh sewaktu mereka sampai di jalan dekat pabrik gula.
“Wan, lo ngerasa ada yang aneh gak sih?”. Tanya Ari.
“Apaan?”. Wawan tanya balik.
“Masa asap pabrik warnanya merah jambu?”. Tanya Ari keheranan.
“Lho, kan emang dari dulu warnanya kayak begitu”. Jawab Wawan.
“Perasaan kemaren warnanya masih hitam”. Ungkap Ari dalam hati.
Sampai di perempatan jalan raya dekat pabrik gula, Ari masih kepikiran asap pabrik gula tadi. Lalu terjadi kejadian aneh, terdengar suara gemuruh di langit seperti akan turun hujan tetapi tidak turun hujan, melainkan sebuah pesawat alien yang sangat besar ditemani pesawat pesawat kecil di sekelilingnya yang akan menginvasi bumi. Ari ketakutan dan menengok ke Wawan, ternyata wawan tidak ada dan pengguna jalan lainnya juga tidak ada, hanya ada Ari sendiri di perempatan itu menunggu lampu hijau rambu rambu lalu lintas, dengan cepat Ari lalu pulang ke rumah.
Dilihatnya rumah-rumah tetangga Ari saat menuju rumahnya tetapi tidak ada orang di sekitar kampung Ari, hanya ada ari sendiri saat itu, setelah sampai di rumah ternyata tidak ada orang juga di rumah, Ari lalu mengecek kamarnya ternyata ada dirinya sedang tidur di kasur, Ari kebingungan dan tiba-tiba ada seseorang yang datang dari belakang lalu menampar pipi Ari, ternyata orang itu adalah Ibu Ari yang membangunkan tidur Ari.
“Ari, bangun nak ini sudah jam enam!”. Ibu Ari membangunkan Ari.
“Lho, itu tadi cuma mimpi??”. Ari kebingungan.
“Cepetan bangun, nanti telat masuk sekolah!”. ucap Ibu Ari.
“Iya bu, siap!”. tegas Ari.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

Kamis, 12 September 2019

Disappear

Hasil gambar untuk gambar eh kok gak ada anjing ilang goblok
Cerpen Karangan: 
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 9 June 2019
KALAU boleh jujur, aku menyesal sudah memberontak nasihat nenek. Padahal, aku tahu konsekuensi yang akan didapat pasti besar dan berdampak buruk untukku. Begitulah, tingkah laku seorang gadis berumur lima belas tahun kebanyakan; memberontak.
Pertama-tama, dampak yang paling kentara untukku adalah: menghilang di dunia antah berantah. Yang kedua, aku tidak tahu di mana pintu untuk kembali ke dunia manusia. Ketiga: aku tersesat.
“sial!” aku menendang bongkahan batu yang dengan ajaibnya bisa terlempar begitu jauh. Tapi, untuk saat ini mari jangan membahas hal itu dulu, karena aku kedatangan masalah baru, yaitu: matahari kembali ke singgasananya di ufuk barat dan aku masih linglung mencari arah pulang. Hawa dingin terasa menusuk ke dalam tulangku, gigiku bergemeletuk menahan dingin.
Jadi, dampak buruk yang keempat adalah: aku bisa mati karena terkena hipotermia.
“diam!” Tiba-tiba ada yang menarik tangganku sehingga aku terjungkal ke belakang. Baru saja aku ingin melayangkan protes, orang itu sudah membekap mulutku.
Dia mendesis lirih, “diam atau kita mati!”
“tap—”
“diam saja!” bentaknya tertahan.
Dia lalu terkekeh pelan, “kau ingin tetap hidup, ‘kan?”
“kau tidak melihat pangeran?!” Teriak seseorang dengan lantang. Setelah suara itu, suara tertusuk langsung masuk ke telingaku.
Jangan bilang…
Orang itu mengagguk pelan. Isyarat mutlak yang harus kutaati jika aku masih ingin tetap hidup.
Oh, sekarang aku paham maksudnya.
Tak lama, suara geraman penuh kekesalan menggema di tengah keheningan malam yang berubah mencekam. Lalu, suara kaki yang berlari menjauh menjadi hal terakhir yang membuat menahan napas.
“akhirnya..” helaku sembari mengelus dada.
“hei, namamu siapa?” baiklah, aku baru ingat kalau masih ada orang lain.
Aku terdiam.
“apakah sopan mengabaikan pertanyaan orang lain?”
“Lyra.”
“Lyra? namamu buruk.” Komentarnya sembari terkekeh kecil.
Wajahku merah padam, “apa yang kau bilang?!”
“aku Leo, salam kenal!”
Alku terperangah.
“ah ya, kau ikut denganku ya?”
“unt—”
“kau akan dapat imbalannya, tenang saja!” serunya.
Aku mengerenyitkan dahi, “memangnya aku harus melakukan apa?”
“menjadi tunanganku.”
Cerpen Karangan: LunaticKIm
Berkecimpungan di dunia wattpad juga, dengan nama pena yang sama. Suka BTS, Army hardcore. Newbie~
Cerpen Disappear merupakan cerita pendek karangan .
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

Kamis, 05 September 2019

Konspirasi Biji Sawi

Hasil gambar untuk GAMBAR SAWI
Cerpen Karangan: 
Kategori: Cerpen Islami (Religi)Cerpen Lucu (Humor)Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 12 June 2019

Terdengar suara gesekan sandal, ketika Muras mengadu sandalnya dengan aspal untuk menghentikan laju sepedanya. Dengan sedikit tergesa-gesa, Muras memarkir sepedanya. Dan bergegas memasuki masjid sebelum khotib menaiki mimbar.
Angin semilir memasuki masjid membuat hawa yang menyejukkan. Sehingga, tak sedikit orang yang mengangguk-anggukkan kepala menahan kantuk. Bahkan, ada yang sudah jatuh tertidur dibuai angin dan isi khotbah khotib veteran.
Biasanya Muras malas mendengar khotbah jum’at. Namun, kali ini justru tampak antusias. Ada satu kalimat yang membuatnya memperhatikan. Setiap perbuatan ada balasannya, walaupun hanya sebesar biji sawi. Kalimat itu langsung membuatnya berpikir keras. Sejak kapan sawi memiliki biji? Kalaupun ada, sebesar apa?
Hal itu terus mengusiknya sampai di rumah. Ia masih mempertanyakan eksistensi dari sebuah biji sawi. Khotbah jum’at yang sederhana, telah membuatnya berpikir untuk pertama kali. Sore nanti, ia akan googling tentang kebenaran sebuah biji sawi.
Mata Muras melebar ketika ia tahu, biji sawi itu benar adanya. Terjawab sudah pertanyaan terbesarnya hari ini. Nanti malam, ia bisa tidur dengan tenang. Dua hari yang akan datang ia akan mempublikasikan temuannya. Seseorang harus mengetahuinya. Sepuluh menit-an Muras menggeledah buku telepon. Akhirnya, ditemukanlah seseorang yang ia yakini akan mendengarkannya.
Kliwon sedang tengkurap di pelataran rumahnya. Ketika muras berlari ke arahnya dengan melambaikan lengan hitamnya.
“Won, Won, Won!” merasa terpanggil, kliwon mengangkat wajahnya. Tampak lekuk-lekukan di pipinya bekas tikar. Sekilas, wajahnya tampak seperti peta.
“Won, kau harus mendengar hal ini. Aku telah membongkar sebuah “konspirasi akbar” yang menyangkut masalah antara agama dan petani.”
Mendengar kata “konspirasi”, Kliwon yang semula lesu langsung mendadak segar.
“konspirasi? Cepat ceritakan, cepat!”
“begini, kau tahu apa itu sawi kan? Ternyata, walaupun sawi tidak mempunyai buah. Salah satu jenis sayuran hijau tersebut tetap memiliki biji. Sama seperti, duku, kelengkeng, pencit, ciplukan dan lain-lain. Jadi, dalil-dalil yang biasa diutarakan para dai setiap ceramah bukanlah tipu daya seorang oknum untuk mengelabui massa. Semua dalil itu benar adanya. Shohih.”
Muras bersedekap bangga. Mendengar hal itu, ingin rasanya Kliwon menghantam wajah gelap muras. Yang tega membangunkannya dari tidurnya hanya untuk mendengarkan “konspirasi akbar”nya tentang biji sawi. Tapi, melihat wajah muras yang bersemangat, ia menjadi iba. Kali ini, Kliwon memilih menyimpan kembali tinjunya.
Kliwon memasang wajah serius dengan jemari menempel ke dagunya.
“coba kutebak, kau pertama kali mengetahui konspirasi tersebut dari khotbah juma’at dua hari yang lalu. Betul?” Muras mengangguk membenarkan.
“dan aku yakin, khotib mengatakan kalimat ini. Setiap perbuatan ada balasanya, walau itu hanya sebesar biji sawi. Betul?”
Sekali lagi Muras mengangguk sambil tersenyum penuh kemenangan.
“jadi, kenapa kau tidak meresapi arti kalimat tersebut secara keseruluhan? Tidak hanya di bagian biji sawinya saja, tapi juga dibagian setiap perbuatan ada balasannya. Siapa tahu, kau bisa mengetahui sesuatu yang lebih besar”
Kliwon merapikan rambutnya yang acak-acakan “bagaimana?”
Muras yang sebelumnya bercahaya mulai meredup. Di wajahnya tergambar sebuah tanda tanya besar. S menit kemudian, ia pergi meninggalkan Kliwon yang kembali tengkurap.
Lima langkah dari rumah Kliwon, Muras berhenti. Ia melangkah kembali ke rumah Kliwon.
“Won, sepertinya aku telah mengetahui arti dari kalimat khotbah yang kau tanyakan tersebut.” Kliwon mengangkat wajahnya. Sorot matanya menampilkan ekspresi kesal karena dua kali tidur siangnya terganggu.
“Setiap perbuatan ada balasanya, walau itu hanya sebesar biji sawi. Menurutku, kalimat tersebut memiliki arti, sekecil apapun perbuatan seorang manusia. Baik itu perbuatan baik seperti membantu ibumu berbelanja di pasar maupun perbuatan buruk seperti tidak membayar hutang. Pasti ada balasannya, baik itu di dunia maupun di akhirat.” Kliwon merinding. Ia tak menyangka, temannya yang ula-ulu itu dapat menjadi sangat bijak dalam hitungan menit.
“jadi?”
“jadi, kapan kau membayar hutangmu? Sudah 5 tahun sejak kau terakhir kali berjanji akan membayarnya. Lagipula, bukankah menangguhkan hutang itu termasuk perbuatan yan tidak baik? Siapa tahu, kau mati terlebih dahulu sebelum hutangmu lunas.” Bulu kuduk Kliwon langsung menari-nari mendengar hal itu. Sementara itu, senyum Muras mengembang penuh kemenangan. Hari ini, ia telah mengerti makna dari kalimat khotbah yang telah mengusik pikirannya. Dan, uang hutang Kliwon yang entah dibayar atau tidak, akan ia gunakan untuk mentraktir Kliwon bakso sebagai ungkapan syukurnya.